Penguat Fondasi Keuangan Syariah Indonesia

Oleh: Saat Suharto Amjad, (Ketua Perhimpunan BMT Indonesia th 2005- 2007, Founder PBMT Ventura Syariah, Founder TAMZIS)

Kira-kira hampir 30 tahun lalu, tepat di hari ahad. Saat itu saya sedang di Wonosobo. Almarhum Prof Dr. M. Amin Aziz menelpon dan meminta bertemu saya disela-sela kesibukan roadshow panjangnya di pulau jawa.

Saya memenuhi panggilan Prof. Amin Aziz tersebut dan menemuinya di Masjid pertama di kampung Desa Reco yang indah yakni di Masjid Mujahidin desa Reco Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.

Karena waktu itu Prof. Amin Aziz juga harus segera melanjutkan perjalanan roadshow ke daerah lain (kalau tidak salah ingat ada program pertanian di Temanggung) sehingga pertemuan saya dengan Prof. Amin Aziz digelar di Masjid Mujahidin jalur antara Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Dan, alhamdulillah di perjalananya kemudian, Allah SWT takdirkan saya ikut membersamai masyarakat Reco dalam pembangunan awalnya dan dalam memakmurkannya.

Usia Prof. Dr. M Amin Aziz waktu itu sekitar 73 tahun dan masih bersemangat roadshow keliling Jawa. Kendati, ketika turun dari kendaraan dan berjalan, usia serta kesehatan beliau terasa membatasi apalagi di lehernya ada penyangga.

“saya sekarang ini diminta dokter untuk menggunakan penyangga leher agar tulang belakang kuat”. Cerita Prof. Amin Aziz waktu itu, founding fathers ekonomi syariah di Indoensia.

Semangat mendakwahkan Islam dalam jalan pemberdayaan yang di lalui jejaknya oleh Prof. M Amin Aziz (mentor kami) itu merentang sangat dalam dan lebar dan terbaca dengan jelas dari kiprahnya menjadi pionir LSM Indonesia bersama-sama para sahabatnya seperti Adi Sasono, AM Saifuddin, Dawam Rahardjo dan Abdillah Toha.

Merekalah sejatinya bidan lahirnya lembaga-lembaga yang menyuarakan pembelaan ekonomi kerakyatan.

Ada Yayasan Agribisnis/PusatPengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA), Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), LPPOM MUI, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk), Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) dan lain-lain.

Selain itu kiprah dalam pendirian ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia) juga cukup besar, dan di Muhammadiyah kedudukan terakhir Prof. Amin Aziz sebelum wafat di usia 78 tahun adalah Mantan Ketua Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah.

Peran Prof. Amin Aziz pada ekonomi dan keuangan Islam nampak dari peran besarnya pada pendirian Bank Muamalat tahun 1992. Kemudian menjabat sebagai komisaris Bank Muamalat Indonesia. Prof. Amin Aziz tokoh ekonom syariah Indonesia, pendiri bank syariah pertama di Indoensia. Prof. Amin Aziz juga salah satu pendiri LPPOM MUI dan pernah pula menjadi ketua.

Amanah Ventura Syariah

Seperti maksud pertemuan di masjid Al Mujahidin Reco, yang telah diceritakan dimuka. Perjalanan panjang Prof. Amin Aziz karena beliau akan mendirikan Amanah Ventura Syariah, sehingga saya diminta menjelaskan mengenai awal mula proses pendirian PBMT Ventura Capital Syariah.

Pembicaraan di siang itu adalah sebagian saja dari bukti kegigihan dan kepeloporan beliau memperjuangkan ekonomi Islam.

Sehingga, setelah berdirinya Amanah Ventura Syariah menjadi makin lengkap peran sentral Prof. Amin Aziz di industri keuangan syariah di Indonesia.

Berdirinya BMT TAMZIS

Bahkan meski tidak secara langsung, jejak kepeloporan beliau di ekonomi Syariah ini dikenang secara khusus bagi Tamzis, bahwa secara tidak langsung Prof. Amin Aziz adalah pendiri BMT TAMZIS.

Kok bisa? ceritanya begini, bahwa dalam upaya pendirian tersebut beliau dan para founder pendirian Bank Muamalat ini menyelenggarakan pelbagai seminar. Dan untuk di wilayah Jogja ada beberapa kali seminar dibuat dengan tajuk “Dialog Bisnis Ala Muslim I” Dimana saya mengikutinya. Namun, seminar berikutnya “Dialog Bisnis ala Muslim 2” saya tidak berkesempatan ikut karena sedang sibuk membangun toko di Wonosobo.

Nah, meski saya tidak mengikuti, beruntung ada sahabat yang mengirimkan buku proceeding seminar 2. Dimana, isinya sudah sangat teknis membahas cukup lengkap dan detail operasional Lembaga Keuangan Syariah (karena Islamophobia masih sangat kuat saat itu, maka penyebutannya masih sangat panjang yakni BTBDSBH (Bank Tanpa Bunga Dengan Sistem Bagi Hasil).

Buku proceeding hasil smeinar 2 itulah yang membuka mata saya untuk akhirnya mendirikan BMT TAMZIS.

Perkenalan saya dengan Prof. Amin Aziz, tokoh nasional ekonomi syariah, terjadi sewaktu beliau mewakili ketua ICMI yang sekaligus wakil presiden BJ Habibie saat membuka acara Pelatihan Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang diselenggarakan oleh TAMZIS di bulan April 1995.

Beliau membuka dan menjadi Pembicara Kunci yang menerangkan mengenai Lembaga Keuangan Syariah dan operasionalnya. Kemudian persamaan dan perbedaannya dengan lembaga konvensional dihadapan para tokoh masyarakat Wonosobo.

Pelatihan Pengembangan LKS tersebut mengundnag minat para tokoh masyarakat di Wonosobo. Peserta yang datang membeludak melampaui kapasitas gedung.

Dari pelatihan Pengembangan LKS tersebut berdampak dengan berdiri beberapa BMT di Wonosobo. Salah satunya adalah BMT Marhamah, yang kini tumbuh menjadi BMT yang luar biasa.

Pasar vs Masjid

Sebenarnya, dinamika pemikiran saya dengan Prof Amin Aziz tidak lah selalu mulus. Sepertinya layaknya hubungan senior dengan junior.

Dinamika pemikiran saya seringkali cukup keras hingga bahkan di salah artikan oleh para sahabat saya di BMT seolah berhadap-hadapan.

Salah satu perbedaan pikiran saya dengan beliau berkaitan dengan BMT (setidaknya dalam pandangan saya) adalah bahwa Prof. Amin Aziz menempatkan BMT berbasiskan masjid, sedangkan saya justru sebaliknya, memulai berbasiskan pasar.

Prof. Amin Aziz mendesain dakwah dalam BMT terintegrasi dengan peran dakwah, peran pemberdayaan, dan peran pembebasan dilakukan oleh kader-kader BMT. Oleh karena itulah didalam setiap BMT disiapkan pula Da’i Fiah Qolilah yakni karyawan karyawan (insan BMT) yang di kader khusus selain mengajarkan bermuammalat dengan baik maka tiap-tiap sahabat sahabat Fiah Qolilah yakni insan insan BMT haruslah menjadi muda’i mewujud dalam dirinya pendakwah yang memiliki pula ilmu agama.

Karena peran pemberdayaan itu haruslah meluas dengan cepat, maka Prof. Amin Aziz aktif mendirikan BMT yang sangat banyak di seluruh Indonesia dengan menggandeng kementerian, intansi dan komunitas.

Meskipun semangat dan takzim saya ke Prof. Amin Aziz yang ingin mengikuti sebagai guru dan senior, tapi dalam langkah operasional tampaknya saya dan beberapa teman teman memiliki pandangan yang agak kontras dengan Prof. Amin Aziz.

Saya dan tmena-teman justru sebaliknya yaitu mendesain BMT di pasar dan lingkungan-lingkungan bisnis. Kita memang meyakini bahwa BMT adalah lembaga dakwah, akan tetapi dakwah dengan yang rumusannya adalah dakwah lewat muammalah dan ekonomi Syariah.

Kemudian, untuk pembinaan terhadap diri insan BMT dan para anggotanya kita bekerjasama dengan tokoh tokoh dan organisasi Islam dimana kita tinggal dan kita lebih memilih untuk mentransformasi BMT agar lebih fit dengan industri keuangan meski tanpa meninggalkan gerakan pemberdayaan dan dakwah.

Tampaknya, pandangan yang terakhir ini menjadi agak mencolok perbedaannya dengan konsep yang dikembangkan Prof. Amin Aziz. Kita nampaknya lebih fokus pada pembenahan BMT eksisting dan mendorong mereka untuk tumbuh sehat dan membuka cabang dimana-mana.

Akan tetapi, sesungguhnya pilihan-pilihan cara memberdayakan umat lewat BMT itu pada akhirnya terbukti saling melengkapi dan saling menggenapkan.

Dalam situasi perbedaan konsep tersebut, Pro. Amin Aziz mengajarkan bahwa silaturahmi tetap harus terjaga. Melalui sebuah sikap dan tindakan yang tetap memanggil dan melibatkan saya dalam banyak kesempatan.

Pun, demikian dengan saya, meski sering berseberangan dalam pemukiran saya sellau berupaya selalu menaruh hormat karena kepeloporan di LSM Indonesia dan juga senioritas Pro. Amin Aziz di pergerakan ekonomi syariah.

Rasa hormat saya bahkan makin menguat ke Prof Amin Aziz karena makin mengenal sikap hidupnya yang sangat teguh untuk menjadi penggerak dan pemberdaya masyarakat.

Hal ini seperti yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari Prof. Amin Aziz seperti desain rumah beliau yang terintegrasi dengan lembaga pendidikan yang beliau dirikan. Dan, Prof Amin Aziz membuat desain pintu khusus dari rumah nya dapat langsung menuju ke Masjid Nurul Iman, dimana beliau duduk sebagai Ketua Dewan Pengurusnya.

Hari ini tak terasa sudah hampir 30 tahun dari pertemuan pertama saya dengan Prof. Amin Aziz, BMT-BMT di Indonesia tumbuh secara meyakinkan menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang khas Indonesia yang Meng-integrasi kan baitul Maal sebagai lembaga Pemberdayaan dan Baitut tamwil sebagai lembaga bisnis.

Kini di tengah majunya bisnis BMT-BMT Indonesia mari kita gempita kan kembali bait syair

“Baitul Maal wat Tamwil, gerakan pembebasan …
Baitul Maal wat Tamwil gerakan pemberdayaan”…

Sembari kita ingat standar hidup penuh manfaat yang telah dicontohkan pribadi teguh perkasa dalam mengemban amanat salah satu peletak pondasi ekonomi Syariah di Indonesia Bapak Profesor DR. Muhammad Amin Aziz. ()